Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Makalah Sistem Sosial Sosiologi

Makalah Sistem Sosial Sosiologi



Segala puji bagi allah maha mengetahui dan maha bijaksana yang telah memberi petunjuk hambanya dan hanya kepadanya salawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang membimbing umatnya dengan suri tauladannya yang baik dan segala syukur kehadiran Allah SWT yang telah Memberikan anugrah, kesempatan dan pemikiran kepada kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini merupakan pengetahuan tentang  perubahan sosial. Semua ini dirangkup dalam makalah ini agar pemahaman tentang permasalahan sosiologi dalam perubahan sosial lebih mudah untuk dipahami, lebih singkat dan akurat. Sistetamatika makalah ini dimulai dari pengantar yang merupakan apersepsi atas materi yang akan dibahas dalam bab tersebut. Selanjutnya, pembaca akan masuk pada inti pembahasan dan diakhiri dengan kesimpulan, saran dan kritik. Makalah ini, pembaca diharapkan dapat mengkaji berbagai permasalahan tentang “Perubahan Sosial”.
 Kami penyusun mengucapkan kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan kami berharap atas kritikan dan saran jika ada kesalahan dalam pembuatan dalam makalah ini. Terimakasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
                                                                                    

                                                                                                Makassar 29 desember 2015
                                                                                               
                                                                                             
                                                                                               Penulis



BAB l
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Manusia dikenal sebagai homo socius dan  homo sapiens. Manusia sebagai makhluk yang tidak bisa berdiri sendiri dan senantiasa berpikir telah melahirkan beragam perilaku. Perlaku masyarakat yang disesuaikan dengan perubahan sosial budaya yang ada. Perilaku terhadap terjadinya perubahan sosial budaya dan usaha meyikapinya sangatlah beragam. Selain itu peristiwa-peristiwa di bidang politik dan ekonomi yang telah terjadi dari dulu hingga sekarang, tidak terjadi secara tersendiri. Akan tetapi, peristiwa-peristiwa tersebut terkait erat dengan perubahan sosial dan budaya yang terjadi di masyarakat.
Kata perubahan merupakan kata yang tidak asing di telinga kita. Mengapa sesuatu harus berubah? Salah satu tujuannya, yaitu menuju ke arah yang lebih baik. Perubahan (change) merupakan sebuah dimensi budaya yang pada umumnya menyertai perubahan bentuk lain juga. Sampai saat ini, belum ada definisi khusus yang menjelaskan konsep perubahan, apakah perubahan tersebut timbul karena kejenuhan terhadapat suatu hal atau karena timbulnya faktor lain. Hal yang pasti kita tahu, perubahan tersebut bersifat dinamis. Artinya, perubahan akan terus terjadi sesuai dengan arah kebutuhan manusia.
Perubahan yang dilakukan seseorang atau kelompok menuju ke suatu arah atau bentuk yang berbeda. Kondisi tersebut dapat memperbaiki keadaan atau bahkan semakin memperburuk keadaan. Jenis perubahan yang dilakukan seseorang atau kelompok bergantung pada tujuan perubahan tersebut.
Selain itu karena adanya perubahan pasti akan menimbulkan akibat, salah satunya apabila yang terjadi adalah perubahan sosial budaya, pasti yang akan terkena dampaknya adalah masyarakat. Pada umumnya, masyarakat lebih menyukai kehidupan yang biasa, Namun, sebagian dari mereka menolak hal-hal yang baru karena dapat menimbulkan perubahan. Walaupun demikian, pada akhirnya ada beberapa perubahan yang diterima secara langsung maupun diam-diam.
Terjadinya perubahan sosial sebenernya memiliki dua bentuk, yaitu keharmonisan masyarakat (social equilibrium), dan disorganisasi (disorganization). Keharmonisan masyarakat akan terjadi ketika perubahan sosial sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Adapun disorganisasi terjadi ketika perubahan sosia sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Adapun disorganisasi terjadi ketika perubahan sosial tidak memberikan manfaat bagi masyarakat yang bersangkutan.

B.  Rumusan Masalah
Berkaitan dengan judul makalah saya “Perubahan Sosial Budaya dan Perilaku Masyarakat Terhadapnya”, maka rumusan masalahnya sebagai berikut
1.      Apa yang disebut dengan perubahan sosial budaya ?
2.      Bagaimana proses perubahan tersebut terjadi ?
3.      Apa faktor yang menyebabkan perubahan tersebut terjadi?
4.      Apa akibat perubahan sosial budaya terhadap masyarakat ?
5.      Bagaimana sikap masyarakat terhadap perubahan sosial budaya ?




BAB ll
PEMBAHASAN

            Selama hidupnya, manusia senantiasa mempelajari dan melakukan perubahan-perubahan terhadap kebudayaannya sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lingkungan. Hal ini adalah sesuatu yang wajar sebab kebudayaan diciptakan dan diajarkan dari satu generasi  ke generasi berikutnya untuk memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri, baik secara perorangan maupun berkelompok. Dari kenyataan ini, tidak ada satupun kebudayaan dan perwujudan kebudayaan yang bersifat statis (tidak mengalami perubahan).
Pengertian Perubahan sosial budaya adalah perubahan yang terjadi akibat ketidaksaman atau ketidaksesuaian diantara unsur-unsur sosial dan kebudayaan yang saling berbeda.

Menurut para ahli sosiologi dan antropologi antara lain :
John Lewin Gillin dan John Phillip Gillin
Perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara-cara hidup yang diterima yang disebabkan oleh perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan materiil, komposisi penduduk, ideologi, maupun karena difusi dan penemuan baru dalam masyarakat.
Samuel Koening
Perubahan sosial menunjukkan pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia. Modifikasi-modifikasi tersebut terjadi karena sebab-sebab internal maupun eksternal.
Koentjaraningrat
Kebudayaan merupakan keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar, serta keseluruhan hasil budi dan karya tersebut.
Kebudayaan memiliki tiga wujud yaitu :
Ide-ide, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang abstrak.
Kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat (sistem sosial).
Benda-benda hasil karya manusia yang berupa fisik.
Selo Soemardjan
Perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalam nilai-nilai, sikap dan pola perilaku diantara kelompok–kelompok dalam masyarakat.


Kingsley Davis
Perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat
Mac Iver
Perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam hubungan sosial (social relation) atau perubahan terhadap keseimbangan (ekuilibrium) hubungan sosial
Sementara definisi perubahan sosial dalam buku Jelajah Cakrawala Sosial untuk Kelas IX adalah  : Suatu proses perubahan menuju pada keadaan yang baru yang berbeda dengan keadaan sebelumnya di lingkungan masyarakat. Perubahan dapat terjadi secara individu maupun kelompok. Perubahan sosial terjadi pada beberapa bagian dalam masyarakat, seperti nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, interaksi sosial perilaku, dan organisasi sosial.
            Hubungan Perubahan sosial dengan perubahan kebudayaan yang menyangkut perubahan masyarakat dan kebudayaannya, seringkali kesulitan memisahkan antara Perubahan sosial dengan perubahan budaya. Sebab tidak ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan dan sebaliknya. Perubahan sosial dan budaya mempunyai satu aspek yang sama. Dari bentuk perubahan dibedakan dari segi Perubahan sosial lambat dan cepat, Perubahan sosial kecil dan Perubahan sosial direncanakan dan tidak direncanakan.
Faktor yang bisa menyebabkan terjadinya proses perubahan sosialisasi dari perubahan jumlah penduduk, penemuan-penemuan baru, pertentangan masyarakat, pemberontakan dan reformasi. Modernisasi bisa merubah dari masa pra modern menuju masa modern. Modernisasi mencakup proses sosial budaya yang ruang lingkupnya sangat luas sehingga batas-batasnya tidak bisa ditetapkan secara mutlak.
            Globalisasi merupakan suatu tatanan mendunia yang tercipta akibat adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, sehingga unsur-unsur budaya suatu kelompok masyarakat bisa dikenal dan diterima oleh kelompok masyarakat lainnya.
Adanya pertukaran unsur-unsur budaya karena globalisasi ini mengakibatkan dampak-dampak yang besar bagi masyarakat. Hal ini merupakan tantangan bagi bangsa Indonesia untuk dapat menyikapi secara bijaksana. Globalisasi merupakan suatu gejala terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi yang mengikuti sistem nilai dan kaidah yang sama antara masyarakat di seluruh dunia karena adanya kemajuan transportasi dan komunikasi sehingga memperlancar interaksi antar warga dunia. Selain proses modernisasi dan globalisasi, ada juga proses yang disebut reformasi, proses dimana perbaikan atau penataan ulang terhadap faktor rehabilitasi yang terdapat pada masyarakat. Dengan kemajuan teknologi dan komunikasi yang bisa merubah semuanya untuk lebih baik dan terarah. Dan didasarkan pada perencanaan pada proses disorganisasi, problem, konflik antar kelompok dan hambatan-hambatan terhadap perubahan.
Mereka beranggapan bahwa kebanyakan masyarakat hanya meniru pada masyarakat atau negara lain yang sudah modern. Ini menunjukkan, seharusnya negara modern menolong mereka melalui social engineering baik secara langsung maupun tidak langsung, merupakan bagian dari perkembangan masyarakat dengan modernisasi dan globalisasi yang dapat merubah untuk menjadi lebih baik dan maju.
A.        Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses Perubahan sosial dan Budaya
Perubahan sosial dan budaya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan kebudayaan terdiri dari faktor yang mendorong dan faktor yang menghambat terjadinya Perubahan sosial budaya seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Faktor-faktor itu bisa berasal dari dalam maupun dari luar masyarakat. Berikut diuraikan faktor-faktor yang mempengaruhi Perubahan sosial budaya.
Diantara berbagai faktor yang mendorong terjadinya Perubahan sosial budaya :
1.Kontak dengan kebudayaan lain. Masyarakat yang sering melakukan kontak dengan kebudayaan lain akan mengalami perubahan yang cepat. Kontak dengan kebudayaan lain ini berhubungan dengan difusi, yaitu proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari individu ke individu lain atau dari satu masyarakat ke masyarakat lain.
2.Sistem pendidikan formal yang maju. Pada jaman modern sekolah semakin memegang peran penting dalam melakukan perubahan-perubahan pada para murid yang juga merupakan anggota masyarakat secara keseluruhan. Melalui pendidikan, seseorang diajarkan  berbagai kemampuan dan nilai-nilai yang berguna bagi manusia, terutama untuk membuka pikirannya terhadap hal-hal baru.
3.Toleransi. Perubahan sosial budaya yang cepat akan terjadi pada masyarakat yang sangat toleran terhadap perbuatan atau masyarakat yang berperilaku menyimpang, baik yang positif maupun negatif, dengan catatan bukan merupakan pelanggaran hukum. Masyarakat yang memiliki toleransi cenderung lebih mudah menerima hal-hal yang baru.
4.Sistem stratifikasi terbuka. Sistem pelapisan sosial terbuka pada masyarakat akan memberikan peluang sebesar-besarnya kepada individu untuk naik ke kelas sosial yang lebih tinggi melalui berbagai usaha yang diperbolehkan oleh kebudayaannya.
5.Penduduk yang heterogen. Pada masyarakat yang heterogen atau masyarakat yang berbasis latar belakang kebudayaan, ras, dan ideologi  yang beragam akan mudah mengalami pertentangan-pertentangan yang mengundang perubahan. Keadaan ini akan mendorong terjadinya perubahan dalam masyarakat.
6.Ketidakpuasan masyarakat terhadap berbagai bidang kehidupan. Ketidakpuasan ini, baik dalam sistem kemasyarakatan, ekonomi, politik, dan keamanan, akan mendorong masyarakat melakukan perubahan sistem yang ada dengan cara menciptakan sistem baru agar sesuai dengan kebutuhan-kebutuhannya.
7.Orientasi ke masa depan. Umumnya masyarakat beranggapan bahwa masa yang akan datang berbeda dengan masa sekarang, sehingga mereka berusaha menyesuaikan diri, baik yang sesuai dengan keinginannya, maupun keadaan yang buruk sekalipun. Untuk itu, perubahan-perubahan harus dilakukan agar dapat menerima masa depan.
8.Pandangan bahwa manusia harus senantiasa berusaha  untuk memperbaiki hidupnya. Terdapat suatu ajaran atau keyakinan di masyarakat yang menyebutkan bahwa yang dapat mengubah atau memperbaiki keadaan nasib manusia adalah manusia itu sendiri, dengan bimbingan Tuhan.  Jika seseorang ingin berubah niscaya ia harus berusaha. Usaha ini ke arah penemuan-penemuan baru dalam bentuk cara-cara hidup atau pun pola interaksi di masyarakat.
Selain dari itu faktor-faktor yang bisa menghambat perkembangan di masyarakat dari Perubahan sosial budaya diantaranya :
1.Kurang berhubungan dengan masyarakat lain. Masyarakat yang kurang memiliki hubungan dengan masyarakat lain umumnya adalah masyarakat terasing atau terpencil. Dengan keadaan seperti ini, mereka tidak mengetahui perkembangan-perkembangan yang terjadi pada masyarakat lain.
2.Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat. Keterlambatan perkembangan ilmu pengetahuan di suatu kelompok masyarakat dapat disebabkan karena masyarakat tersebut berada di wilayah yang terasing, sengaja mengasingkan diri atau lama dikuasai (dijajah) oleh bangsa lain sehingga mendapat pembatasan-pembatasan dalam segala bidang.
3.Sikap masyarakat yang sangat tradisional. Suatu sikap yang mengagung-agungkan tradisi lama serta anggapan bahwa tradisi tidak dapat diubah akan sangat menghambat jalannya proses perubahan, keadaan tersebut akan menjadi lebih parah apabila masyarakat yang bersangkutan dikuasai oleh golongan konservatif.
4.Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam kuat. Dalam suatu masyarakat, selalu terdapat kelompok-kelompok yang menikmati kedudukan tertentu. Biasanya, dari kedudukan itu mereka mendapatkan keuntungan-keuntungan tertentu dan hak-hak istimewa.
5.Rasa takut akan terjadi kegoyahan pada integrasi sosial yang telah ada. Integrasi sosial mempunyai derajat yang berbeda. Unsur-unsur luar dikhawatirkan akan menggoyahkan integrasi sosial dan menyebabkan perubahan-perubahan pada aspek tertentu dalam masyarakat.
6.Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis. Di dalam masyarakat menganggap pandangan hidup atau keyakinan yang telah menjadi ideologi dan dasar integrasi mereka dalam waktu lama dapat terancam oleh setiap usaha perubahan unsur-unsur kebudayaan.
7.Prasangka pada hal-hal baru atau asing (sikap tertutup). Prasangka seperti ini umumnya terdapat pada masyarakat yang pernah dijajah oleh bangsa-bangsa asing, mereka menjadi sangat curiga terhadap hal-hal yang datang dari luar sebab memiliki pengalaman pahit sebagai bangsa yang pernah dijajah, umumnya unsur-unsur baru yang masuk berasal dari dunia barat.
8.Adat istiadat (kebiasaan). Adat istiadat atau kebiasaan merupakan pola perilaku anggota masyarakat dalam memenuhi semua kebutuhan pokoknya. Jika kemudian pola-pola perilaku tidak lagi efektif memenuhi kebutuhan pokok, maka akan muncul krisis adat atau kebiasaan, yang mencakup bidang kepercayaan, sistem pencaharian, pembuatan rumah dan cara berpakaian.
            Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi (1964:489) mengatakan bahwa secara umum peneyebab dari perubahan sosial dibedakan atas dua golongan besar, yaitu: perubahan yang berasal dari masyarakat itu sendiri, dan perubahan yang berasal dari luar masyarakat.
  1. Perubahan yang berasal dari masyarakat itu sendiri
    1. Perkembangan ilmu pengetahuan
Perkembangan ilmu pengetahuan melahirkan berbagai pertemuan baru. Penemuan baru, banyak faktor yang menyebabkan individumencari penemuan baru, beberapa diantaranya adalah :
1)      Kesadaran dari orang perorang akan ketergantungan dalam masyarakat
2)      Kualitas dari ahli-ahli dalam suatu kebudayaan, dan
3)      Adanya perangsang bagi aktivitas-aktivitas pencipta dalam masyarakat.
Pada saat awal seseorang memulai keinginan untuk mewujudkan cita-citanya pertama kali yang dilakukan dengan cara coba-coba (trial and error) secara spekulatif. Pada priode tersebut, justru mengalami kegagalan dijadikan bahan pertimbangan atau perbaikan untuk mencapai keberhasilan dimsyarakat berikutnya. Perubahan yang dilalui tidak menunjukkan adanya suatu peningkatan yang berarti, lingkungan kemajuan bersiklus tidak menentu. Arah siklus lingkaran bergerak mendatar dari titik A kembali ketitik A. Oleh karenanya, dapat dijelaskan bahwa ide-ide keyakinan dan dan hasil-hasil karya yang bersifat fisik dalam pengertian penemuan baru, semuanya merupakan faktor pendorong kearah perubahan kehidupan masyarakat. Dalam apapun penemuan baru itu, senantiasa akan membawa perubahan bagi kehidupan masyarakat, baik secara cepat (revolusi) maupun lambat (evolusi), dalam skala perubahan yang kecil, sebagian atau keseluruhan.


  1. Faktor jumlah penduduk
Faktor penduduk, perubahan pada jumlah, komposisi dan distribusi penduduk dapat mempengaruhi budaya dan struktur sosial. Bertambahnya penduduk suatu daerah, dapat mengakibatkan perubahan pada struktur masyarakat, terutama mengenai lembaga-lembaga kemasyarakatan. Sebagai contoh yang paling releven adalah program transmingrasi, jika program transmingrasi dijalankan secara ideal dengan memperhatikan aspek sosial ekonomi, budaya, politik, agama, dan keagamaan, sangat mungkin akan terjadi perubahan yang sangat positif. Artinya pendatang baru yang terampil dan sikap bekerja dilokasi baru, maka besar kemungkinan tidak saja akan menguntungkan transimingrasi, melainkan jug dapat mempengaruhi positf pada penduduk asli. Penduduk asli dapat pula bekerja dengan pola yang menguntungkan sama dengan para pendatang. Kehidupan bermasyarakat pun akan berubah kerena pencampuran antara berbagai macam pola perilaku sosial dan budaya,demikian pula dengan ekonomi, politik, agama, dan keaamanan. Bahkan Rauccek dan Warren (1984) menggambarkan bahwa perubahan sosial lebih berkembang pada masyarakat heterogen. Dikatakan bahwa masyarakat yang berasal dari berbagai etnik yang bergaul dengan be3bas dan mendifusikan adat, pengetahuan,teknologi dan ideologi, biasanya mengalami kadar perubahan pesat.
  1. Faktor pertentangan dan pemberontakan
Pertentangan (konflik) dalam nilai dan norma-norma, politik,etnis, dan agama dapat menimbulkan perubahan sosial yang luas. Pertentangan individu terhadap nilai-nilai dan norma-norma serta adat istiadat yang telah berjalan lama akan menimbulkan perubahan bila individu-individu tersebut beralih dari nilai, norma, dan adat kebiasaan yang telah diikuti selama ini, misalnya, adanya anggapan umum masyarakat Indonesia, bahwa “makin banyak anak makin banyak rizki”, setiap anak mempunyai rizkinya,masing-masing,” sehingga tidak menimbulkan kecemasan setiap kali anaknya lahir. Kini pandangan itu mengalami perubahan, bahwa “makin banyak anak makin besar beban ekonomi”.
Perubahan sosial yang diakibatkan oleh pertentangan politik dan pemberontakan di Indonesia telah menunjukkan buktinya. Perubahan-perubahan yang ditimbulkan akibat pertentangan dan pembetontakan selalu berakibat buruk, seperti terhentinya aktivitas perekonomian, inflasi, timbulnya saling curiga, kecemasan, dan lain-lainnya.
Pertentangan antara anggota-anggota masyarakat dapat terjadi karena perubahan masyarakat yang pesat, sebagaimana dijelaskan oleh Roucek dan Warren (1984), masyarakat yang heterogen biasanya ditandai kurang dekatnya hubungan antara orang yang satu dengan orang atau kelompok lainnya; individu cenderung mencari jalannya sendiri-sendiri. Sementara itu, kondisi sumber pemenuhan kebutuhan semakin terbatas, sehingga persaingan tidak dapat dihindari; jika proses ini memuncak, maka pertentangan akan terjadi pada masyarakat yang bersangkutan. Pada saat masyarakat dalam keadaan konflik dapat timbul kekecewaan dan keresahan sosial, maka pada saat itu pula individu-individu pada umumnya sangat mudah terpengaruh terhadap hal-hal baru.
  1. Perubahan yang berasl dari luar masyarakat
    1. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain
Faktor kebudayaan,dapat menyebabkan terjadinya nperubahan masyarakat. Secara timbal balik perubahan pada unsur budaya dapat mendorong pada bentuk dan hubungan sosial kemasyarakatan. Perubahan sosial masyarakat tidak semata-mata disesbabkan oleh faktor kebudayaan yang ada dalam masyarakat itu sendiri,melainkan dapat pula disebabkan oleh pengaruh kebudayaan yang dating dari masyarakat sekitar (luar). Terdapat kemungkinan perubahan sosial masyarakat sama sekali tidak disebabkan oleh perubahan kebudayaan masyarakat sekitar, atau kebudayaan yang berbeda. Pengaruh kebudayaan tersebut mengakibatkan beberapa skenerio perubahan sosial masyarakat, yaitu antara lain :
a)      Kebudayaan saling berdampingan dan bercampur menjadi atau kebulatan
b)      Salah satu  kebudayaan menjadi pudar karena kebudayaan lain
c)      Masing-masing kebudayaan akan menjadi lebur, timbul kebudayaan baru sebagai akibat saling mempengaruhi.
  1. peperanganpat
peperangan yang terjadi antara satu masyarakat dengan masyarakat lain menimbulkan berbagai dampak, seprti halnya dampak yang ditimbulkan oleh adanya pemberontakan dan pertentangan-pertentangan. Akan tetapi, dampak negatif yang ditimbulkan oleh peperangan lebih dahsyat karena peralatan perang biasanya lebih canggih pula.

B.      Faktor-Faktor Perubahan Sosial Budaya
Faktor yang mendorong terjadinya perubahan sosial budaya, diantara faktor yang berasal dari dalam masyarakat atau faktor internal dan faktor yang datang dari luar masyarakat atau eksternal. Pihak-pihak yang mengadakan perubahan disebut agent of change.
1.      Faktor Internal
Faktor internal didasarkan pada kesadaran masyarakat pendukungnya. Ada beberapa jenis faktor internal, yaitu sebagai berikut.

a.       Penemuan-Penemuan Baru
Manusia dengan kemampuan akal pikiran memiliki dorongan-dorongan yang kuat untuk mengadakan kegiatan penelitian sehingga menghasilkan penemuan-penemuan baru yang dikenal dengan istilah discovery. Penemuan-penemuan baru tersebut didorong oleh beberapa hal, yakni,
kesadaran manusia akan adanya beberapa kekurangan dalam kebudayaannya,
munculnya beberapa ahli yang memiliki kualifikasi tertentu sesuai dengan disiplin ilmu yang ditekuninya, dan
adanya beberapa motivasi tertentu untuk melakukan kegiatan penelitian dan sebagai upaya untuk memperoleh penemuan baru.

Penemuan-penemuan baru tersebut tidak berhenti begitu saja.
Para ahli akan selalu melakukan langkah-langkah pengembangan yang dikenal dengan istilah inovasi, sehingga kebudayaan akan mengalami proses penyempurnaan. Adanya berbagai penemuan tersebut membawa pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan masyarakat, di antaranya adalah kehidupan masyarakat akan semakin mudah dan berlangsung secara cepat. Bahkan, dewasa ini penemuan-penemuan baru telah menciptakan era globalisasi dan era informasi sehingga segala sistem nilai dan sistem norma yang ada di seluruh dunia akan segera diketahui oleh seluruh penduduk dunia.

b.      Terjadinya Mobilitas Penduduk
Mobilitas penduduk, baik yang berupa urbanisasi, bedol desa, transmigrasi, imigrasi, emigrasi, maupun remigrasi telah menyebabkan terjadinya pengurangan penduduk di suatu daerah tertentu dan sekaligus penambahan penduduk di daerah lainnya. Keadaan tersebut telah menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan struktur dan lembaga kemasyarakatan.

c.       Konflik dan Perubahan
Mobilitas penduduk dengan segala macam dinamika yang terjadi juga dapat menyebabkan terjadinya konflik-konflik sosial, baik yang melibatkan antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok, maupun antara kelompok dengan kelompok. Konflik-konflik yang berkembang tersebut tidak selalu bersifat negatif. Seringkali konflik yang terjadi dalam kehidupan masyarakat diikuti dengan suatu proses akomodasi yang pada gilirannya justru akan menguatkan ikatan sosial.

d.      Terjadinya Revolusi atau Pemberontakan
Sejarah telah mencatat berbagai macam revolusi, yakni suatu perubahan yang terjadi secara besar-besaran dan berlangsung dalam waktu yang sangat cepat. Pada abad ke-18 di Inggris telah terjadi revolusi pertanian dan revolusi industri yang membawa akibat terjadinya perubahan dalam tata kehidupan manusia di seluruh dunia. Pada abad ke-18 itu pula telah terjadi revolusi politik di Amerika Serikat dan di Perancis yang membawa akibat berkembangnya isu demokratisasi dan penegakan hak-hak asasi manusia dalam kehidupan politik di seluruh dunia.

 Pada abad ke-20 di Rusia juga terjadi revolusi politik yang mengakibatkan terjadinya perubahan besar terhadap tata kehidupan masyarakat Rusia baik dalam bidang politik, ekonomi, maupun sosial budaya. Banyak sekali revolusi yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, termasuk di Indonesia. Pada tanggal 17 Agustus 1945, di Indonesia telah terjadi revolusi fisik yang berupa pendobrakan kekuatan kolonial oleh kekuatan nasional yang melahirkan negara kesatuan Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat. Revolusi fisik tersebut telah mengangkat derajat dan martabat dan sekaligus merubah tata kehidupan masyarakat Indonesia sebagai masyarakat yang bebas dari belenggu penjajahan.


2.      Faktor Eksternal
Faktor Eksternal adalah faktor yang berasal dari luar masyarakat tersebut. Diantaranya adalah       :

a.       Peperangan
Peperangan dapat menyebabkan perubahan mendasar, baik seluruh wujud budaya maupun sebagian unsur budaya. Misalnya, kemenangan Amerika Serikat (USA) menyebabkan Irak tidak berdaya. Budaya yang dibawa pasukan USA di Irak sudah pasti membekas di masyarakat Irak.

b.      Lingkungan Alam
Lingkungan alam adalah keadaan tanah, iklim, dan fauna di sekitar individu. Keserasian hubungan manusia dan alam dapat terjadi karena kedudukan alam sebagai tempat hidup. Begitu pentingnya lingkungan alam bagi manusia dibuktikan dengan timbulna reaksi jika lingkungan alam disuatu tempat rusak.

Ada tujuh pokok makna lingkungan bagi manusia yaitu sebagai berikut:
1)      Manusia memiliki ikatan kuat dengan alam yang bersifat religius
2)      Nilai estetika mendasari kecintaan manusia pada alam
3)      Alam memberi kehidupan bagi manusia
4)      Bermanfaat berupa penyediaan sandang, pangan, dan papan
5)      Sumber penghasil tanaman dan ternak
6)      Bernilai bagi pendidikan dan ilmu pengetahuan
7)      Sumber kesehatan, keindahan, dan hiburan
Perubahan lingkungan alam dapat mendorong terjadinya perubahan sosial budaya. Misalnya, perubahan hidup berburu dan mengumpulkan makanan berubah menjadi bertani dan menetap karena sumber alam berkurang atau terjadi
3.      Pengaruh Budaya Masyarakat Lain

a.      Difusi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan bahwa difusi adalah proses penyebaran atau perembesan kebudayaan dari satu pihak ke pihak lain.Pengertian dari pihak ke satu pihak yang lain dalam hal ini adalah dari kebudayaan yang satu ke kebudayaan yang lainnya.
        Defenisi difusi tersebut sejalan dengan defenisi yang dikemukakan oleh William A.Haviland.Ia menyatakan difusi sebagai penyebaraan adat atau kebiasaan dari kebudayaan yang satu kepada kebudayaan yang kainnya.Proses difusi bisa terjadi dalam beberapa cara,antara lain sebagai berikut
 1) Melalui Migrasi atau perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lain.Pada saat perpindahan itulah unsur-unsur kebudayaan yang bersangkutan “ikut pindah” dan berdifusi kepada kebudayaan setempat.Contohnya,ketika sebagian penduduk dari pulau Jawa ditransmigrasikan ke Pulau Kalimantan dan Irian Jaya,keterampilan bertani dengan sistem sawah menyebar atau berdifusi kepada kebudayaan setempat.
 2) Unsur-unsur kebudayaan tertentu bisa menyebar terlepas dari masyarakat pendukungnya.Unsur-unsur dibawa orang lain di tempat yang satu ke tempat-tempat yang lain secara beruntun,sampai ke tempat-tempat yang jauh.Contohnya,beberapa jenis makanan pokok seperti kentang,jagung dan ketela yang oleh para ahli diketahui berasal dari orang-orang Indian di Amerika Tengah,sekarang ini sudah menyebar ke seluruh dunia.Demikian juga bahan perangsang seperti tembakau dan gula tebu.
         Orang-orang yang besar sekali peranannya dalam proses difusi antara lain para Pedagang,penyebar agama,dan para penjelajah atau pelancong yang “menemukan” benua-benua baru seperti Columbus,Magelhaens dan Marcopolo.

b.      Akulturasi
           Akulturasi adalah perubahan besar yang terjadi dalam kebudayaan sebagai akibat adanya kontak antar kebudayaan yang berlangsung lama.Hal ini terjadi apabila ada kelompok-kelompok individu yang memiliki kebudayaan berbeda saling berhubungan secara langsung dan intensif.Hal tersebut mengakibatkan timbulnya perubahan-perubahan besar pada pola kebudayaan pada salah satu atau kedua kebudayaan yang bersangkutan.Perubahan kebudayaan akibat adanya proses akultrasi tidak mengakibatkan terjadinyan perubahan total pada kebudayaan yang bersangkutan.Hal ini disebabkan kerana adanya unsur-unsur kebudayaan yang masih bertahan,menerima sebagian atau mengadakan penyesuaian dengan unsur-unsur kebudayaan yang baru.
    Para ahli antropologi mempergunakan  istilah-istilah berikut,untuk menganalisa apa yang terjadi dalam suatu proses akultrasi.
 1) Substitusi.Unsur atau kompleks unsur kebudayaan yang lama diganti dengan unsur baru yang lebih memberikan kegunaan bagi keperluan hidup masyarakatnya.Contohnya,sistem komunikasi tradisional yang dulu dilaksanakan melalui kentongan,genderang,atau bedug diganti oleh telepon,radio,atau pengeras suara.
 2) Sinkretisme.Unsur-unsur lama masih berfungsi dan bercampur dengan unsur baru sehingga membentuk sistem yang baru.Contoh sinkretisme banyak terjadi dalam unsur keagamaan.Tradisi-tradisi lama masih bertahan,bercampur dengan unsur keagamaan yang baru.
 3) Adisi.Ditambahkannya unsur-unsur baru kepada unsur-unsur lama yang masih berlaku.Contohnya,untuk meningkatkan produksi pertanian Rakyat,jenis-jenis pupuk kimia di perkenalkan kepada para petani.Sementara itu jenis pupuk Hijau,pupuk kandang,dan pupuk kompos yang tradisional masih terpakai.
 4) Dekultrasi.Adanya suatu unsur tertentu yang hilang dan diganti dengan unsur yang baru.Contohnya,dengan adanya Mesin Penggilingan padi,mengakibatkan hilangnya tradisi menumbuk padi dengan lesung dan Alu.Hilangnya tradisi itu,hilang pula mata pencarian buruh kecil sebagai menumbuk padi,yang umumnya perempuan.
 5)Originasi.Masuknya unsur budaya yang sama sekali baru sehingga menimbulkan perubahan besar.Contohnya,proyek Listrik masuk desa menimbulkan situasi baru di daerah pedesaan.Listrik tidak hanya mengakibatkan perubahan lampu “cempor” menjadi lampu listrik,tapi masuk juga unsur-unsur telekomunikasi seperti: Radio,Televisi dan tape recorder.Media serupa itu banyak memberikan informasi dan potensi perubahan di bidang pembangunan masyarakat desa seperti di bidang pendidikan,kesehatan,dan perekonomian.
 6) Penolakan (rejection). Proses akultrasi yang terlalu cepat atau terlalu dipaksakan sehingga banyak anggota masyarakat tidak siap menerima perubahan.Akibatnya,mereka menolak terjadinya perubahan,baik secara terang-terangan (misalnya memberontak) atau secara diam-diam (misalnya melalui gerakan “kebangkitan”).Contohnya,pemberontakan bersenjata di zaman penjajahan
 7) Penetrasi atau penerobosan Kebudayaan.Suatu unsur atau kompleks unsur kebudayaan asing mempengaruhi kebudayaan setempat sedemikian rupa intensifnya sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan besar pada kebudayaan setempat.
 Penetrasi kebudayaan ada yang berlangsung secara damai,ada pula yang berlangsung secara paksa melalui kekerasan.Penetrasi secara damai yang disebut penetration pacifigue,biasanya dilakukan oleh para pedagang dan penyebar agama.Contohnya,masuknya pengaruh Hindu dan Islam ke Indonesia.Adapun penetrasi secara paksa yang disebut penetration violente dilakukan melalui penaklukan atau penjajah.Contohnya,Penjajah orang-orang Eropa di Afrika dan Asia termasuk di Indonesia.
c.       Asimilasi
        Asimilasi adalah proses perubahan kebudayaan yang terjadi akibat membaurnya (berintegrasi) dua kebudayaan atau lebih sehingga ciri-ciri kebudayaan yang lama menjadi hilang
 Bagi Indonesia,sebagai negara Kesatuan,proses asimilasi sangat penting untuk dilaksanakan.Hal ini didasarkan sebagai berikut:
 1) Banyaknya unsur-unsur kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia.
 2) Adanya unsur-unsur kebudayaan golongan”minoritas” dari keturunan Tionghoa dan Arab yang rawan mengundang pertentangan ras.
        Proses asimilasi dapat berjalan cepat atau lambar tergantung dari beberapa faktor.
C.     Akibat Perubahan Sosial Budaya terhadap Masyarakat
            Apa dampak perubahan sosial bagi kehidupan masyarakat?
Masyarakat merupakan kumpulan individu dan kelompok yang membentuk organisasi sosial yang bersifat kompleks. Dalam organisasi sosial tersebut terdapat nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berfungsi sebagai aturan-aturan untuk bertingkah laku dan berinteraksi dalam kehidupan masvarakat.Adanya suatu perubahan dalam masyarakat akibat perubahan sosial bergantung pada keadaan masyarakat itu sendiri yang mengalami perubahan sosial. Dengan kata lain, perubahan sosial yang terjadi tidak selamanya suatu kemajuan (progress). Bahkan, dapat pula sebagai suatu kemunduran masyarakat.
            Kecepatan perubahan tiap daerah berbeda-beda bergantung pada dukungan dan kesiapan masyarakat untuk berubah. Perbedaan perubahan tersebut dapat mengakibatkan munculnya kecemburuan sosial, yang harus dihindari.
D.     Proses Perubahan Sosial
Proses perubahan sosial terdiri dari tiga tahap barurutan : (1) invensi yaitu proses di mana ide-ide baru diciptakan dan dikembangkan, (2) difusi, ialah proses di mana ide-ide baru itu dikomunikasikan ke dalam Sistem sosial, dan (3) konsekwensi yakni perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem social sebagai akibat pengadopsian atau penolakan inovasi. Perubahan terjadi jika penggunaan atau penolakan ide baru itu mempunysi akibat.Karena itu perubahan sosial adalah akibat komunikasi sosial.
Beberapa pengamat terutama ahli anthropologi memerinci dua tahap tambahan dalam urutan proses di atas. Salah satunya ialah pengembangan inovasi yang terjadi telah invensi sebelum terjadi difusi. Yang dimaksud ialah proses terbentuknya ide baru dari suatu bentuk hingga menjadi suatu bentuk yang memenuhi kebutuhan audiens penerima yang menghendaki. Kami tidak memaaukkan tahap ini karena ia tidak selalu ada. Misalnya, jika inovasi itu dalam bentuk yang siap pakai.Tahap terakhir yang terjadi setelah konsekwensi, adalah menyusutnya inovasi, ini menjadi bagian dari konsekwensi.
Harapan sebagian, bahkanmungkin keseluruhan masyarakat, terjadi suatu keselarasan dan keseimbangan dalam tatanan kehidupan masyarakat, akan tetapi kenyataannya harapan tersebut tidak mudah untuk terwujud. Pada waktu tertentu tatanan kehidupan masyarakat dapat lebih harmonis,namun pada perkembangannya tidak jarang terjadi pertentangan atau diseintegrasi. Robeet K. Merton berpendapat bahwa didalam setiap masyarakat terdapat starin toward anomie. Karena demi kelangsungan suatu kehidupan masyaraka, makagejala pertentangan dan anomi diusahakan dengan diimbangi dengan proses integrasi.penyusunan tersebut dimaksudkan sebagai suatu upaya untuk menghindari terjadinya kebingungan (anomi) atau ketidakstabilan masyarakat. Jika kebingungan dan ketidakstabilan tersebut terjadi pada masyarakat yang terbatas, maka kemungkinan penyesuian akan lebih mudah. Akn tetapi apabiala terjadi pada masyarakat yang lebih besar dan luas atau pada masyarakat yang heterogen, maka proses penyesuiannya relative lebih sulit dapat dicapai, sehingga kemungkinan akan terjadinya kebingungan dan disentegrasi lebih besar (Merton, 1998).
Astrid S. Susanto (1977) mengemukakan ada beberapa fase reorganisasi sehubungan dengan proses penyesuaian nilai-nilai dan norma-norma dalam kehidupan masyarakat, yaitu antara lain :
a)      Mula-mula adanya kegelisahan dan ketidakpuasan pada sebagai penduduk (biasanya kaum terpelajar).
b)      Terdapat popular-stage atau tersebarnya ide-ide perubahan.
c)      Adanya program perencanaan pembangunan secara sistematis,
d)     Adanya sistematika dalam pelaksanaan perencanaaan (formal stage)
e)      Adanya badan yang menyalurkan stimulasi pembangunan terencana dengan akibat bahwa pendapat diterima (institution stage)
f)       Kompromipelaksanaan bahan penolakan ataupun bahan penerimaan sepenuhnya, dan
g)      Adanya sosial planning atau sosial organization  sebagai hasil research
Lebih jauh Astrid Susanto (1977) menjelaskan bahwa, melalui proses perubahan sosial masyarakat dapat dihasilkan tiga alternatifarah perubahan, yaitu :
a)      Perubahan akan bergerak kearah baru dengan landasan pola perilaku dan nilai lama,
b)      Perubahan akan bergerak meuju pada suatu bentuk semi atau pertengahan antara nilai-nilai,
c)      Perubahan dapat bergerak kearah suatu pola perilaku dan nilai yang sama sekali baru
Yang memicu terjadinya perubahan dan sebaliknya perubahan sosial dapat juga terhambat kejadiannya selagi ada faktor yang menghambat perkembangannya. Faktor pendorong perubahan sosial meliputi kontak dengan kebudayaan lain, sistem masyarakat yang terbuka, penduduk yang heterogen serta masyarakat yang berorientasi ke masa depan. Faktor penghambat antara lain sistem masyarakat yang tertutup, vested interest, prasangka terhadap hal yang baru serta adat yang berlaku.
Perubahan sosial dalam masyarakat dapat dibedakan dalam perubahan cepat dan lambat, perubahan kecil dan besar serta perubahan direncanakan dan tidak direncanakan.Tidak ada satu perubahan yang tidak meninggalkan dampak pada masyarakat yang sedang mengalami perubahan tersebut.Bahkan suatu penemuan teknologi baru dapat mempengaruhi unsur-unsur budaya lainnya. Dampak dari perubahan sosial antara lain meliputi disorganisasi dan reorganisasi sosial, teknologi serta cultural. Beberapa perubahan sosial :
1.       Perubahan sosial dan Budaya terhadap perkembangan masyarakat.
Kebudayaan merupakan suatu sistem. Artinya, bagian-bagian dari kebudh itu saling berkaitan satu dengan lainnya. Perubahan satu unsur kebudayaan akan mempengaruhi unsur-unsur yang lainnya. Hal ini bisa kita lihat contohnya ketika program listrik masuk desa mula-mula dijalankan. Masuknya listrik ke pedesaan yang sebelumnya tidak ada listrik, membawa perubahan besar dalam kehidupan penduduk desa yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani atau pengrajin tradisional. Perubahan itu begitu terasa pada peningkatan beragam kebutuhan akan barang-barang elektronik (radio, televisi, kulkas).
Dengan memiliki perangkat elektronik tersebut, pola hidup mereka mengalami perubahan. Waktu tidur berubah menjadi semakin larut, pranata-pranata hiburan juga ikut mengalami perubahan. Ikatan-ikatan sosial masyarakat desa menjadi semakin mengendur, karena mereka lebih banyak menghabiskan waktunya di depan pesawat televisi dibandingkan dahulu yang lebih banyak berinteraksi di luar dengan sesama warga. Pertunjukan seni tradisional lebih banyak ditonton di televisi dari pada melalui pertunjukan langsung di panggung-panggung. Selain itu juga, dengan adanya penerangan lampu. Dari kenyataan ini, perubahan-perubahan lainnya akan semakin terbuka dan berlangsung secara beruntun.
Menurut Gillin dan Koenig, perubahan kebudayaan disebabkan oleh beberapa faktor internal maupun eksternal sebagai berikut :
a. Faktor-faktor internal antara lain :
Adanya kejenuhan atau ketidakpuasan individu terhadap sistem nilai yang berlaku di masyarakat.
Adanya individu yang menyimpang dari sistem sosial yang berlaku. Apabila hal ini dibiarkan, maka akan diikuti oleh individu-individu lainnya sehingga mendorong perubahan.
Adanya perubahan dalam jumlah dan komposisi penduduk. Pertumbuhan penduduk akan menyebabkan terjadinya perubahan unsur penduduk lainnya, seperti rasio jenis kelamin dan beban tanggungan hidup. Banyaknya pendatang dari etnis dan budaya lain juga akan merubah struktur sosial karena penduduk menjadi lebih heterogen.

b.Faktor-faktor eksternal antara lain :
Bencana alam antara lain gunung meletus, banjir, gempa bumi, atau tsunami. Bencana alam dapat menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan fisik sehingga menuntut manusia melakukan adaptasi terhadap lingkungan yang telah berubah tersebut. Biasanya untuk bertahan ataupun mengalami suatu bencana alam, manusia terkadang terlupa atau mungkin terpaksa melanggar nilai-nilai dan norma sosial yang telah ada. Hal ini dilakukan semata-mata untuk tetap bertahan dalam menghadapi perubahan lingkungan akibat bencana alam tersebut.
Peperangan selalu berdampak pada tingginya angka kematian, rusaknya berbagai sarana dan prasarana kebutuhan hidup sehari-hari, terjadinya kekacauan ekonomi dan sosial, serta tergoncangnya mental penduduk sehingga merasa frustasi dan tidak berdaya. Dalam kenyataan yang lebih memprihatinkan, peperangan seringkali diakhiri dengan penaklukan yang diikuti pemaksaan ideologi dan kebudayaan oleh pihak atau negara yang menang. Semua ini akan mengubah kehidupan masyarakat dan kebudayaannya.
Kontak dengan masyarakat lain yang berbeda kebudayaannya. Kontak dapat terjadi antar etnis di dalam suatu kawasan atau yang berasal dari tempat yang berjauhan. Interaksi antara orang atau kelompok yang berbeda etnis dan kebudayaan yang tinggi akan memperluas pengetahuan dan wawasan tentang budaya masing-masing, sehingga dapat menimbulkan sikap toleransi dan penyesuaian diri terhadap budaya lain tersebut. Sikap toleransi dan penyesuaian diri ini pada akhirnya akan mendorong terjadinya perubahan kebudayaan.
2.       Pengaruh Globalisasi Terhadap Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Globalisasi memiliki pengaruh yang positif, yaitu membawa kemajuan, kesejahteraan, dan keselamatan bangsa dan negara. Namun globalisasi juga membawa pengaruh negatif, seperti adanya budaya hedonisme, pendewaan pikiran nasionalisme, ilmu dan teknologi, sekularisme, dan tipisnya iman.
Kita menyadari bahwa pengaruh globalisasi tidak mungkin dapat dihindari, kecuali kita dengan sengaja menghindari interaksi dan komunikasi dengan  pihak yang lain. Ketika seseorang masih membaca surat kabar, menonton televisi, atau menggunakan alat lainnya, terlebih lagi dengan menggunakan internet, ia tetap akan terperangkap dalam proses dan model pergaulan global.
Dalam era globalisasi telah terjadi pertemuan dan gesekan nilai-nilai budaya dan agama di seluruh dunia yang memanfaatkan jasa telekomunikasi, transformasi dan informasi sebagai hasil dari modernisasi teknologi. Pertemuan dan gesekan tersebut akan menghasilkan kompetisi liar yang berarti saling mempengaruhi dan dipengaruhi, saling bertentangan dan bertabrakannya nilai-nilai yang berbeda yang berakhir dengan kalah atau menang, saling bekerja sama yang akan menghasilkan sintesa dan antitesa baru.
            Pengertian globalisasi dapat dibedakan atas dua hal yaitu :
1)   Sebagai Alat
Globalisasi merupakan wujud keberhasilan ilmu dan teknologi, terutama di bidang komunikasi. Globalisasi sebagai alat juga mengandung hal-hal yang positif apabila dipergunakan untuk tujuan yang baik. Namun hal tersebut juga dapat mengandung hal-hal negatif bila dipergunakan untuk tujuan yang tidak baik. Jadi tergantung siapa yang menggunakan dan apa tujuannya.
2)   Sebagai Ideologi
Globalisasi sebagai ideologi berarti sudah mempunyai arti tersendiri dan netralitasnya sangat sedikit. Globalisasi sebagai ideologi pasti memihak suatu kepentingan sehingga akan menimbulkan akibat, baik yang setuju maupun yang tidak setuju. Disinilah timbulnya benturan dan pertentangan.
a)Ancaman
Dengan alat komunikasi seperti TV, parabola, telepon, VCD, DVD, dan internet, kita dapat berhubungan dengan dunia luar. Dengan parabola atau internet, kita dapat menyaksikan hiburan porno dari kamar tidur. Kita dapat terpengaruh oleh segala macam bentuk yang sangat konsumtif. Anak-anak kita dapat terpengaruh oleh segala macam film kartun dan film-film yang seharusnya tidak dilihat. Kita pun dapat dengan mudah terpengaruh oleh gaya hidup seperti yang terjadi di sinetron-sinetron kita (terutama sekali yang bertemakan keluarga) yang lebih dari 90% menebar nilai-nilai negatif dengan ukuran keberagaman dari setiap agama. Meskipun harus disadari pula bahwa televisi juga banyak menayangkan program-program pengajian, ceramah, diskusi, dan berita yang mengandung nilai positif bahkan agamis. Adegan kekerasan (violence) akan lebih berkesan di benak anak-anak dibandingkan dengan petuah agama.
b)     Tantangan
Pengaruh globalisasi yang memberikan nilai-nilai positif wajib kita serap, terutama yang tidak menyebabkan benturan dengan budaya kita, misalnya disiplin, kerja keras, menghargai orang lain, rasa kemanusiaan, demokrasi dan kejujuran. Kita wajib menyaring yang baik dan sesuai dengan kepribadian dan moral bangsa kita terima, sebaliknya yang buruk kit atolak.
Adapun beberapa aspek-aspek positif dan negatif dari globalisasi memberi pengaruh globalisasi yang  harus kita hadapi dan direspons. Ada tiga sikap dalam merespons globalisasi.
1.Respons dengan sikap anti modernisasi atau anti barat. Kita menolak semua pengaruh barat. Bahkan ada pandangan ekstrem yang menganggap kebudayaan barat sebagai musuh.
2.Respons yang menjadikan kebudayaan barat menjadi kiblat dan “role model” untuk masa depan, bahkan menjadikannya way of life mereka.
3.Respons yang bersikap selektif, artinya tidak secara otomatis menerima atau menolak kebudayaan barat, mereka dapat menerima kebudayaan barat selama tidak harus mengorbankan agama, kepribadian, dan kebudayaan yang ada. Sebaliknya mereka akan menolak kebudayaan barat yang tidak sesuai dengan kebudayaan yang dimiliki.

Berdasarkan hal tersebut, akhirnya kita dapat menentukan sikap sebagai berikut :
a.Aspek-aspek positif yang diterima
1)     Di bidang sosial budaya
Perkembangan yang demikian cepat dalam ilmu dan teknologi, terutama di bidang komunikasi, transportasi, dan informasi akan dapat menebus batas-batas wilayah, budaya dan waktu. Di era globalisasi ini berarti terjadi pertemuan dan gesekan nilai-nilai sosial budaya. Melalui proses seleksi nilai-nilai sosial budaya yang positif wajib kita terima, seperti kerja keras, disiplin, kejujuran, penghargaan terhadap karya atau kerja orang lain, optimistis, kemandirian, kesungguhan, tanggung jawab, law enforcement, ketaatan terhadap aturan, dan nilai-nilai agama. Nilai-nilai yang diterima akan diserap sehingga memperkaya budaya kita.
2)     Di bidang ilmu dan teknologi
Kita menyadari bahwa di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi masih tertinggal jauh dari negara-negara yang telah maju. Justru era globalisasi ini merupakan peluang baik untuk dapat menyerap ilmu dan teknologi, sehingga kita akan dapat bersaing (berkompetisi) dalam menghasilkan barang-barang yang berkualitas dengan harga murah.
3)     Di bidang mental
Sikap mental seperti pasrah, menyerah, ketergantungan, kongkow-kongkow, dan  santai wajib kita ubah menjadi sikap kerja keras, disiplin dalam segala hal, serta menghargai dan menggunakan waktu sebaik-baiknya.
Hal tersebut merupakan kunci kemajuan dan keberhasilan dalam pembangunan bangsa, bangsa yang maju pasti mempunyai sikap mental tersebut. Sebagai contoh negara Jepang, Korea, Hongkong, dan Singapura.
4)     Di Bidang Ekonomi
Kompetisi atau persaingan bebas adalah kunci, seperti AFTA (Asean Free Trade Agreement) atau perjanjian kawasan perdagangan bebas ASEAN yang berlaku di tahun 2003 dan APEC (Asian Pacific Economy Cooperation) atau kerja sama ekonomi Asia Pasifik yang berlaku di tahun 2020. Lalu timbul pertanyaan : sudah siapkah kita menghadapi era liberalisme perdagangan tersebut ? jika sudah, berarti kita akan tetap survive (hidup) akan dicukupi dari produksi luar negeri. Akibatnya bangsa kita akan tergantung sepenuhnya pada bangsa kita.
5)     Di Bidang Ideologi (politik)
Salah satu konsekuensi dari era globalisasi adalah keharusan untuk berhubungan dengan bangsa lain. Kita akan dihadapkan dengan berbagai ideologi bangsa lain, seperti separatisme. Oleh sebab itu, harus mempunyai ketahanan ideologi dan kesaktian Pancasila melalui sejarah. Pancasila merupakan ideologi nasional, pandangan hidup bangsa (falsafah bangsa), dan dasar negara yang harus dipertahankan. Sejarah telah membuktikan bahwa menyimpang dari Pancasila akan membawa bencana bagi bangsa dan negara, seperti pada tahun 1949 – 1959 (masa liberalisme) dan pada tahun 1959 – 1965 (masa demorasi terpimpin).
6)     Di bidang Pertahanan dan Keamanan
Persatuan dan kesatuan akan membawa kejayaan bangsa, sebaliknya perpecahan akan membawa kehancuran terhadap negara ini. Persatuan dan kesatuan akan membawa rasa aman, damai, tentram dan sejahtera. Banyak faktor di era globalisasi yang akan menimbulkan benturan dan gesekan dengan budaya lain, seperti individualistis, sekularisme, dan gaya hidup serba bebas (dalam arti negatif). Oleh sebab itu kita harus waspada, kita harus dapat mengatasi setiap hambatan, ancaman, gangguan, dan tantangan.

b.Aspek-aspek Negatif yang wajib ditolak
Kita telah masuk pada era globalisasi, dimana dunia seolah-olah tidak memiliki lagi batas-batas wilayah, waktu dan budaya. Apa yang terjadi di sana, terjadi juga di sini dalam waktu yang sama dan tidak ada sensor. Kita dihadapkan pada suatu pilihan, menerima atau menolak. Dalam menentukan pilihan wajib mempunyai filter (penyaring), yaitu agama (iman), Pancasila, norma-norma budaya, dan kepribadian bangsa. Apabila tidak, maka nilai-nilai kemaksiatan akan masuk dan merusak bangsa kita.
1)     Di bidang sosial budaya
Dalam era globalisasi pergesekan dan saling mempengaruhi antar nilai budaya tidak mungkin dihindari. Apabila kita bertahan, maka akan menimbulkan sikap isolasi, ketertutupan, eksklusif, dan inferior (rasa rendah diri). Tetapi apabila kita berperan aktif berarti akan menghasilkan keterbukaan dan rasa lebih. Paling tidak kita dapat bersikap akomodatif terhadap hal-hal yang masih bisa ditolerir.
Kita harus waspada karena imperialisme budaya jauh lebih berbahaya, akibat prosesnya yang lama dan apabila sudah termakan akan menghilangkan nilai-nilai dan identitas bangsa.
2)     Di bidang ilmu dan teknologi
Kita menyadari ilmu dan teknologi dari dunia barat memang lebih maju daripada yang kita miliki. Namun kita harus selektif, apakah ilmu dan teknologi itu sesuai dengan norma-norma, kondisi, dan situasi bangsa kita. Misalnya apakah penerapannya akan berdampak negatif terhadap lingkungan dan menimbulkan  pengangguran? Semua itu perlu pengkajian lebih lanjut.

3)     Di bidang mental
Gaya hidup kebarat-baratan wajib kita tolak, meskipun dikatakan “modern”, seperti pengaruh model pakaian, rambut, makanan, dan minuman tanpa memperhatikan yang halal atau yang haram.
4)     Di bidang ekonomi
Salah satu ciri era globalisasi adalah adanya kompetisi (persaingan) secara sehat, artinya berdasarkan peraturan yang berlaku. Kompetisi dapat berlaku dalam kualitas, harga (murah), dan pelayanan (cepat, tepat, dan sopan). Dengan kompetisi akan terjadi pengelompokan perusahaan, yang kuat dan baik tetap hidup, yang lemah dan tidak baik akan mati (gulung tikar). Terjadilah kesenjangan ekonomi dan sosial yang semakin lebar dan dalam, sehingga sistem ekonomi dan sosial berdasarkan UUD 1945 Pasal 33 tidak mungkin tercapai. Pertanyaan adalah kemana perekonomian Indonesia akan dibawa dan oleh siapa?
5)     Di bidang ideologi politik
pergeseran akan terjadi di bidang ideologi (politik) dalam era globalisasi, karena maraknya paham-paham lain masuk ke bumi Indonesia, seperti liberalisme, komunisme, sekularisme, individualisme, egoisme, dan sebagainya. Semua ideologi asing tersebut tentu bertentangan dengan ideologi Pancasila yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, kekeluargaan, gotong royong, musyawarah untuk mufakat, dan lain sebagainya.
6)     Di bidang pertahanan dan keamanan
Era globalisasi juga membawa budaya kekerasan dan tindakan kejahatan yang makin meningkat, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya, sehingga pendidikan agama perlu kita tingkatkan pula. Pendidikan agama bukan hanya dalam segi pengetahuan, tetapi lebih menekankan pada pengalaman yang dimulai sejak sedini mungkin.
d.      Hubungan antara Perubahan Sosial dan Perubahan Budaya
            Perubahan sosial tidak terlepas dari perubahan kebudayaan. Kingsley Davis mengatakan bahwa “ perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan”. Teori perubahan sosial dan budaya Karl Marx yang merumuskan bahwa perubahan sosial dan budaya sebagai produk dari sebuah produksi (materialism), sedangkan Max Weber lebih pada sistem gagasan, sistem pengetahuan, sistem kepercayaan yang justru menjadi sebab perubahan. Perubahan sosial dan kebudayaan mempunyai satu aspek yang sama, yaitu berhubungan dengan suatu penerimaan cara-cara baru atau perbaikan didalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Hubungan antara perubahan sosial dan perubahan kebudayan sangat erat.
Meskipun dalam kenyataan dapat kita lihat bahwa perubahan kebudayaan tidak selamanya diikuti oleh perubahan sosial. Namun sukar untuk menentukan garis pemisah antara perubahan sosial dan perubahan kebudayaan, dan sulit dibayangkan jika terjadinya perubahan sosial tanpa didahului oleh suatu perubahan kebudayaan. Walaupun perubahan sosial dibedakan dari perubahan kebudayaan, tetapi pembahasan-pembahasan mengenai perubahan sosial tidak akan mencapai suatu pengertian yang benar jika tidak mengkaitkannya dengan perubahan kebudayaan yang terwujud dalam masyarakat yang bersangkutan. Hal yang sama juga berlaku dalam pembahasan-pembahasan mengenai perubahan kebudayaan.
Akibat perubahan sosial tanpa dibarengi perubahan kebudayaan :
 1. Timbulnya masalah sosial
 2. Timbulnya perubahan sikap hidup
 3.Timbulnya krisis masyarakat                                                                                                                          Perubahan sosial melekat pada diri suatu masyarakat dengan kebudayaan, karena untuk :
 a. menghadapi masalah-masalah baru.
 b. Ketergantungan pada hubungan antarwarga pewaris
 c. Lingkungan yang berubah
Contoh, masyarakat desa yang tadinya memiliki rasa solidaritas tinggi terhadap lingkungan seperti rajin gotong royong sekarang nilai-nilai itu telah hilang, mereka menggantikan keberadaan mereka saat gotong royong dengan uang.
Perubahan sosial dan perubahan budaya, mana yang lebih dulu terjadi?
          Antara perubahan sosial dengan perubahan budaya saling berkaitan, ketika perubahan sosial itu ada, maka perubahan budaya juga ada dan begitu sebaliknya. Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas dibandingkan perubahan sosial. Namun dalam praktek di lapangan kedua jenis perubahan tersebut sangat sulit untuk dipisahkan. Perubahan kebudayaan bertitik tolak dan timbul dari organisasi sosial. Pendapat tersebut dikembalikan pada pengertian masyarakat dan kebudayaan. Masyarakat adalah sistem hubungan dalam arti hubungan antar organisasi dan bukan hubungan antar sel. Kebudayaan mencakup segenap cara berfikir dan bertingkah laku, yang timbul karena interaksi yang bersifat komunikatif seperti menyampaikan buah pikiran secara simbolik dan bukan warisan karena keturunan. Apabila diambil definisi kebudayaan menurut Taylor dalam Soekanto (1990), kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat istiadat dan setiap kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat. Soemardjan (1982), mengemukakan bahwa perubahan sosial dan perubahan kebudayaan mempunyai aspek yang sama yaitu keduanya berhubungan dengan suatu cara penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Jadi tidak ada yang lebih dahulu ada atau muncul antara perubahan sosial dengan perubahan budaya. Keduanya muncul bersamaan, karena diantara keduanya tidak bisa dipisahkan dan saling ketergantungan.
            Perubahan sosial dan budaya pada dasarnya memiliki aspek yang sama, yaitu keduanya berkaitan dengan proses penerimaan cara-cara baru dalam masyarakat untuk memenuhi aneka kebutuhannya.
Contoh, ketika teknologi semakin maju, banyak masyarakat menggunakan HP. Perubahan sosial terjadi karena globalisasi, maka perubahan kebudayaan juga terjadi dari menggunakan surat untu berkomunikasi jarak jauh, kini menggunakan HP.
E.      Dampak Akibat Perubahan Sosial
Arah perubahan meliputi beberapa orientasi, antara lain (1) perubahan dengan orientasi pada upaya meninggalkan faktor-faktor atau unsur-unsur kehidupan sosial yang mesti ditinggalkan atau diubah, (2) perubahan dengan orientasi pada suatu bentuk atau unsur yang memang bentuk atau unsur baru, (3) suatu perubahan yang berorientasi pada bentuk, unsur, atau nilai yang telah eksis atau ada pada masa lampau. Tidaklah jarang suatu masyarakat atau bangsa yang selain berupaya mengadakan proses modernisasi pada berbagai bidang kehidupan, apakah aspek ekonomis, birokrasi, pertahanan keamanan, dan bidang iptek; namun demikian, tidaklah luput perhatian masyarakat atau bangsa yang bersangkutan untuk berupaya menyelusuri, mengeksplorasi, dan menggali serta menemukan unsur-unsur atau nilai-nilai kepribadian atau jatidiri sebagai bangsa yangbermartabat.
Dalam memantapkan orientasi suatu proses perubahan, ada beberapa faktor yang memberikan kekuatan pada gerak perubahan tersebut, yang antara lain adalah sebagai berikut, (1) suatu sikap, baik skala individu maupun skala kelompok, yang mampu menghargai karya pihak lain, tanpa dilihat dari skala besar atau kecilnya produktivitas kerja itu sendiri, (2) adanya kemampuan untuk mentolerir adanya sejumlah penyimpangan dari bentuk-bentuk atau unsur-unsur rutinitas, sebab pada hakekatnya salah satu pendorong perubahan adanya individu-individu yang menyimpang dari hal-hal yang rutin. Memang salah satu ciri yang hakiki dari makhluk yang disebut manusia itu adalah sebagai makhluk yang disebut homo deviant, makhluk yang suka menyimpang dari unsur-unsur rutinitas, (3) mengokohkan suatu kebiasaan atau sikap mental yang mampu memberikan penghargaan (reward) kepada pihak lain (individual, kelompok) yang berprestasi dalam berinovasi, baik dalam bidang sosial, ekonomi, dan iptek, (4) adanya atau tersedianya fasilitas dan pelayanan pendidikan dan pelatihan yang memiliki spesifikasi dan kualifikasi progresif, demokratis, dan terbuka bagi semua fihak yang membutuhkannya.
Modernisasi, menunjukkan suatu proses dari serangkaian upaya untuk menuju atau menciptakan nilai-nilai (fisik, material dan sosial) yang bersifat atau berkualifikasi universal, rasional, dan fungsional. Lazimnya suka dipertentangkan dengan nilai-nilai tradisi. Modernisasi berasal dari kata modern (maju), modernity (modernitas), yang diartikan sebagai nilai-nilai yang keberlakuan dalam aspek ruang, waktu, dan kelompok sosialnya lebih luas atau universal, itulah spesifikasi nilai atau values. Sedangkan yang lazim dipertentangkan dengan konsep modern adalah tradisi, yang berarti barang sesuatu yang diperoleh seseorang atau kelompok melalui proses pewarisan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Umumnya tradisi meliputi sejumlah norma (norms) yang keberlakuannya tergantung pada (depend on) ruang (tempat), waktu, dan kelompok (masyarakat) tertentu. Artinya keberlakuannya terbatas, tidak bersifat universal seperti yang berlaku bagi nilai-nilai atau values.Sebagai contoh atau kasus, seyogianya manusia mengenakkan pakaian, ini merupakan atau termasuk kualifikasi nilai (value).Semua fihak cenderung mengakui dan menganut nilai atau value ini. Namun, pakaian model apa yang harus dikenakan itu? Perkara model pakaian yang disukai, yang disenangi, yang biasa dikenakan, itulah yang menjadi urusan norma-norma yang dari tempat ke tempat, dari waktu ke waktu, dan dari kelompok ke kelompok akan lebih cenderung beraneka ragam.
Spesifikasi norma-norma dan tradisi bila dilihat atas dasar proses modernisasi adalah sebagai berikut, (1) ada norma-norma yang bersumber dari tradisi itu, boleh dikatakan sebagai penghambat kemajuan atau proses modernisasi, (2) ada pula sejumlah norma atau tradisi yang memiliki potensi untuk dikembangkan, disempurnakan, dilakukan pencerahan, atau dimodifikasi sehingga kondusif dalam menghadapi proses modernisasi, (3) ada pula yang betul-betul memiliki konsistensi dan relevansi dengan nilai-nilai baru. Dalam kaitannya dengan modernisasi masyarakat dengan nilai-nilai tradisi ini, maka ditampilkan spesifikasi atau kualifikasi masyarakat modern, yaitu bahwa masyarakat atau orang yang tergolong modern (maju) adalah mereka yang terbebas dari kepercayaan terhadap tahyul.Konsep modernisasi digunakan untuk menamakan serangkaian perubahan yang terjadi pada seluruh aspek kehidupan masyarakat tradisional sebagai suatu upaya mewujudkan masyarakat yang bersangkutan menjadi suatu masyarakat industrial.Modernisasi menunjukkan suatu perkembangan dari struktur sistem sosial, suatu bentuk perubahan yang berkelanjutan pada aspek-aspek kehidupan ekonomi, politik, pendidikan, tradisi dan kepercayaan dari suatu masyarakat, atau satuan sosial tertentu.
Modernisasi suatu kelompok satuan sosial atau masyarakat, menampilkan suatu pengertian yang berkenaan dengan bentuk upaya untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang sadar dan kondusif terhadap tuntutan dari tatanan kehidupan yang semakin meng-global pada saat kini dan mendatang. Diharapkan dari proses menduniakan seseorang atau masyarakat yang bersangkutan, manakala dihadapkan pada arus globalisasi tatanan kehidupan manusia, suatu masyarakat tertentu (misalnya masyarakat Indonesia) tidaklah sekedar memperlihatkan suatu fenomena kebengongan semata, tetapi diharapkan mampu merespons, melibatkan diri dan memanfaatkannya secara signifikan bagi eksistensi bagi dirinya, sesamanya, dan lingkungan sekitarnya. Adapun spesifikasi sikap mental seseorang atau kelompok yang kondusif untuk mengadopsi dan mengadaptasi proses modernisasi adalah, (1) nilai budaya atau sikap mental yang senantiasa berorientasi ke masa depan dan dengan cermat mencoba merencanakan masa depannya, (2) nilai budaya atau sikap mental yang senantiasa berhasrat mengeksplorasi dan mengeksploitasi potensi-potensi sumber daya alam, dan terbuka bagi pengembangan inovasi bidang iptek. Dalam hal ini, memang iptek bisa dibeli, dipinjam dan diambil alih dari iptek produk asing, namun dalam penerapannya memerlukan proses adaptasi yang sering lebih rumit daripada mengembangkan iptek baru, (3) nilai budaya atau sikap mental yang siap menilai tinggi suatu prestasi dan tidak menilai tinggi status sosial, karena status ini seringkali dijadikan suatu predikat yang bernuansa gengsi pribadi yang sifat normatif, sedangkan penilai obyektif hanya bisa didasarkan pada konsep seperti apa yang dikemukakan oleh D.C. Mc Clelland (Koentjaraningrat, 1985), yaitu achievement-oriented, (4) nilai budaya atau sikap mental yang bersedia menilai tinggi usaha fihak lain yang mampu meraih prestasi atas kerja kerasnya sendiri.
Tanpa harus suatu masyarakat berubah seperti orang Barat, dan tanpa harus bergaya hidup seperti orang Barat, namun unsur-unsur iptek Barat tidak ada salahnya untuk ditiru, diambil alih, diadopsi, diadaptasi, dipinjam, bahkan dibeli. Manakala persyaratan ini telah dipenuhi dan keempat nilai budaya atau sikap mental yang telah ditampilkan telah dimiliki oleh suatu masyarakat tersebut. Khusus untuk masyarakat di Indonesia, sejarah masa lampau mengajarkan bahwa sistem ekonomi, politik, dan kebudayaan dari kerajaan-kerajaan besar di Asia seperti India dan Cina, yang diadopsi dan diadaptasi oleh kerajaan-kerajaan di Nusantara ini, seperti Sriwijaya dan Majapahit, namun fakta sejarah tidak membuktikan bahwa orang-orang Sriwijaya dan Majapahit, dalam pengadopsian dan pengadaptasian nilai-nilai kebudayaan tadi sekaligus menjadi orang India atau Cina.
Proses modernisasi sampai saat ini masih tampak dimonopoli oleh masyarakat perkotaan (urban community), terutama di kota-kota Negara Sedang Berkembang, seperti halnya di Indonesia. Kota-kota di negara-negara sedang berkembang menjadi pusat-pusat modernisasi yang diaktualisasikan oleh berbagai bentuk kegiatan pembangunan, baik aspek fisik-material, sosio-kultural, maupun aspek mental-spiritual.Kecenderungan-kecenderungan seperti ini, menjadikan daerah perkotaan sebagai daerah yang banyak menjanjikan kehidupan yang lebih baik bagi penduduk pedesaan, terutama bagi generasi mudanya. Obsesi semacam ini menjadi pendorong kuat bagi penduduk pedesaan untuk beramai-ramai membanjiri dan memadati setiap sudut daerah perkotaan, dalam suatu proses sosial yang disebut urbanisasi. Fenomena demografis seperti ini, selanjutnya menjadi salah satu sumber permasalahan bagi kebijakan-kebijakan dalam upaya penataan ruang dan kehidupan masyarakat perkotaan.Sampai dengan saat sekarang ini masalah perkotaan ini masih menunjukkan gelagat yang semakin ruwet dan kompleks.



























BAB lll
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Perubahan sosial dapat dikatakan sebagai suatu perubahan dari gejala-gejala sosial yang ada pada masyarakat, dari yang bersifat individual sampai yang lebih kompleks. Perubahan sosial dapat bergerak ke arah suatu kemajuan, dalam hal ini masyarakat akan berkembang. Sebaliknya, perubahan sosial juga dapat menyebabkan kehidupan masyarakat mengalami kemunduran.
Banyak ahli yang mengungkapkan pendapatnya mengenai perubahan sosial. Diantaranya William F. Ogburn, Selo Soemardjan, Ferdinand Toennies, Gillin dan Gillin, dan masih banyak ahli lainnya. Salah satu pandangan yang paling dikenal oleh masyarakat yaitu pendapat  Selo Soemardjan yang merumuskan perubahan sosial sebagai segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Ada tiga (3) bentuk atau tipe perubahan sosial. Tipe-tipe tersebut adalah : perubahan lambat dan perubahan cepat, perubahan yang dikehendaki dan perubahan yang tidak dikehendaki, dan perubahan yang pengaruhnya kecil dan perubahan yang pengaruhnya besar.
Perubahan sosial yang terjadi di lingkungan saya adalah sebagai berikut : perubahan jumlah penduduk, perubahan gaya hidup, perubahan mata pencaharian, perubahan kualitas penduduk, perubahan peraturan, perubahan karena adanya teknologi, dan perubahan budaya.
B.     Saran
Perubahan sosial dalam masyarakat tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu, olehnya itu kita sebagai bagian dari kelompok sosial harus berusaha mengendalikan perubahan itu ke arah yang positif agar budaya yang terbentuk dari perubahan sosial dapat memberikan manfaat bagi kelangsungan hidup manusia yang makmur dan damai.

1 comment for "Makalah Sistem Sosial Sosiologi"